SMA NEGERI 3 SUKADANA

Senin, 13 Maret 2023

MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

     


   Discovery learning adalah salah satu model pembelajaran yang berfokus pada proses eksplorasi dan penemuan siswa dalam memperoleh pengetahuan baru. Dalam model pembelajaran ini, siswa diberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan kognitif mereka dengan melakukan eksplorasi mandiri terhadap topik yang dipelajari, sehingga mereka dapat menemukan jawaban dan konsep yang berbeda dari cara yang biasa dilakukan. Model pembelajaran discovery learning didasarkan pada teori konstruktivisme yang menekankan pentingnya pengalaman langsung dan aktif dalam belajar. Siswa dianggap sebagai konstruktor pengetahuan, bukan penerima pasif informasi, dan mereka dipandang mampu membangun pemahaman yang berarti melalui proses refleksi dan pengalaman yang mereka alami.

        Model pembelajaran discovery learning pertama kali dikemukakan oleh seorang psikolog asal Amerika Serikat bernama Jerome Bruner pada tahun 1960-an. Bruner merupakan salah satu tokoh penting dalam psikologi kognitif, dan ia dikenal sebagai pendukung kuat konsep konstruktivisme dalam pembelajaran. Bruner mengusulkan bahwa dalam pembelajaran, siswa sebaiknya diberikan kesempatan untuk menemukan sendiri konsep-konsep baru dan membuat makna dari pengalaman belajar mereka. Menurutnya, siswa dapat membangun pemahaman yang lebih kuat dan berarti tentang topik pembelajaran, jika mereka aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan diberikan kesempatan untuk berpikir secara kritis dan kreatif.

        Dalam model pembelajaran discovery learning, Bruner menekankan pentingnya eksplorasi mandiri dan penemuan bagi siswa, serta peran guru sebagai fasilitator atau pembimbing dalam proses pembelajaran. Model ini telah menjadi landasan bagi berbagai pendekatan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme, seperti problem-based learning, inquiry-based learning, dan experiential learning. Meskipun Bruner menjadi tokoh penting dalam pengembangan model pembelajaran discovery learning, namun konsep ini juga berkaitan erat dengan konsep-konsep yang dikemukakan oleh para ahli lain dalam bidang psikologi kognitif dan konstruktivisme, seperti Lev Vygotsky, Jean Piaget, dan John Dewey. Dalam model pembelajaran ini, guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing, bukan sebagai penyampai informasi. Guru memberikan siswa tugas atau masalah yang memerlukan pemecahan, dan siswa diberikan kesempatan untuk menemukan solusi sendiri. Guru juga memberikan bantuan dan dukungan kepada siswa ketika diperlukan, tetapi pada dasarnya memberikan siswa kebebasan untuk menemukan jawaban mereka sendiri.

        Salah satu keuntungan dari model pembelajaran discovery learning adalah bahwa siswa menjadi lebih aktif dan terlibat dalam proses pembelajaran mereka. Ini dapat meningkatkan motivasi dan minat siswa dalam belajar, karena mereka merasa memiliki kendali atas proses pembelajaran mereka dan merasa dihargai sebagai konstruktor pengetahuan. Selain itu, discovery learning dapat membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis. Siswa belajar untuk mempertanyakan dan mengevaluasi informasi, dan mereka membangun koneksi antara konsep yang berbeda dalam proses belajar mereka. Ini memungkinkan siswa untuk memiliki pemahaman yang lebih mendalam dan berarti tentang topik yang dipelajari.

Sintaks model pembelajaran discovery learning dapat diuraikan sebagai berikut:

1.     Menentukan tujuan pembelajaran yang spesifik dan jelas, yang diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir proses pembelajaran.

2.       Menentukan masalah atau tugas yang menantang, terkait dengan topik pembelajaran yang dipilih. Masalah atau tugas tersebut harus memerlukan pemecahan kreatif dan reflektif, sehingga siswa diharapkan untuk melakukan eksplorasi mandiri dalam mencari solusi.

3.       Memberikan bimbingan atau arahan yang tepat dan efektif kepada siswa, untuk membantu mereka dalam menjalankan proses eksplorasi dan penemuan. Guru harus memastikan bahwa siswa memiliki pemahaman yang memadai tentang topik yang dipelajari, dan memberikan dukungan ketika diperlukan.

4.       Memfasilitasi proses pembelajaran, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah atau tugas yang diberikan, dan menemukan jawaban atau konsep yang berbeda dari cara yang biasa dilakukan. Guru harus memonitor dan mengevaluasi proses pembelajaran, serta memberikan umpan balik dan dukungan yang tepat kepada siswa.

5.       Mendorong siswa untuk merenungkan dan merefleksikan proses pembelajaran yang telah mereka jalani, serta membuat kesimpulan atau generalisasi dari pengalaman yang mereka alami. Guru harus membantu siswa dalam membangun pemahaman yang lebih dalam dan berarti tentang topik yang dipelajari, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi dan mempertimbangkan perspektif mereka dengan yang lain.

6.       Mengevaluasi hasil pembelajaran, dengan mengukur sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, serta melihat proses pembelajaran yang telah mereka alami. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui penilaian formatif atau sumatif, tes atau proyek, diskusi atau presentasi, atau cara lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan konteks pembelajaran yang terjadi.

Berikut ini adalah sintaks model pembelajaran discovery learning dalam bentuk tabel:

Langkah

Deskripsi

1.        

Menentukan tujuan pembelajaran yang spesifik dan jelas, yang diharapkan dicapai oleh siswa pada akhir proses pembelajaran

2.        

Menentukan masalah atau tugas yang menantang, terkait dengan topik pembelajaran yang dipilih. Masalah atau tugas tersebut harus memerlukan pemecahan kreatif dan reflektif, sehingga siswa diharapkan untuk melakukan eksplorasi mandiri dalam mencari solusi.

3.        

Memberikan bimbingan atau arahan yang tepat dan efektif kepada siswa, untuk membantu mereka dalam menjalankan proses eksplorasi dan penemuan. Guru harus memastikan bahwa siswa memiliki pemahaman yang memadai tentang topik yang dipelajari, dan memberikan dukungan ketika diperlukan.

4.        

Memfasilitasi proses pembelajaran, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah atau tugas yang diberikan, dan menemukan jawaban atau konsep yang berbeda dari cara yang biasa dilakukan. Guru harus memonitor dan mengevaluasi proses pembelajaran, serta memberikan umpan balik dan dukungan yang tepat kepada siswa.

5.        

Mendorong siswa untuk merenungkan dan merefleksikan proses pembelajaran yang telah mereka jalani, serta membuat kesimpulan atau generalisasi dari pengalaman yang mereka alami. Guru harus membantu siswa dalam membangun pemahaman yang lebih dalam dan berarti tentang topik yang dipelajari, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbagi dan mempertimbangkan perspektif mereka dengan yang lain.

6.        

Mengevaluasi hasil pembelajaran, dengan mengukur sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan, serta melihat proses pembelajaran yang telah mereka alami. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, misalnya melalui penilaian formatif atau sumatif, tes atau proyek, diskusi atau presentasi, atau cara lain yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan konteks pembelajaran yang terjadi.

         Dalam tabel di atas, terdapat enam langkah atau tahapan dalam model pembelajaran discovery learning, yang dapat membantu guru dalam memfasilitasi proses pembelajaran siswa secara efektif. Setiap langkah memiliki deskripsi yang jelas dan spesifik, sehingga dapat membantu guru untuk memahami dan mengimplementasikan model pembelajaran ini dengan lebih baik.

        Model pembelajaran discovery learning dapat diterapkan pada pembelajaran kurikulum merdeka belajar. Kurikulum merdeka belajar mengedepankan prinsip-prinsip pembelajaran yang aktif, partisipatif, dan kolaboratif, yang sejalan dengan prinsip-prinsip dasar model pembelajaran discovery learning. Dalam konteks pembelajaran kurikulum merdeka belajar, siswa diharapkan menjadi agen pembelajaran aktif yang terlibat dalam proses pembelajaran secara mandiri dan kritis. Dengan model pembelajaran discovery learning, siswa diberikan kesempatan untuk menemukan konsep-konsep baru dan membuat makna dari pengalaman belajar mereka sendiri, sehingga membangun pemahaman yang lebih kuat dan bermakna. 

Penerapan model pembelajaran discovery learning dalam pembelajaran kurikulum merdeka belajar dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:

  1. Memberikan siswa kesempatan untuk memilih topik yang diminati dan mengeksplorasi topik tersebut secara mandiri dengan bimbingan guru.
  2. Memberikan tugas-tugas berbasis masalah atau proyek yang mengharuskan siswa mencari dan menemukan solusi sendiri.
  3.  Mendorong siswa untuk berkolaborasi dan berbagi ide-ide dengan teman sekelas, sehingga dapat saling menginspirasi dan membantu satu sama lain dalam proses pembelajaran.
  4. Menggunakan berbagai media pembelajaran, seperti video, gambar, atau simulasi, untuk membantu siswa memahami konsep secara visual dan interaktif.

        Dalam penerapan model pembelajaran discovery learning pada pembelajaran kurikulum merdeka belajar, peran guru sebagai fasilitator atau pembimbing sangatlah penting. Guru harus dapat memberikan panduan dan bimbingan yang diperlukan untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, serta memberikan umpan balik yang konstruktif untuk memperbaiki dan meningkatkan pemahaman siswa tentang materi pembelajaran. Namun, model pembelajaran discovery learning juga memiliki beberapa kelemahan. Siswa dapat merasa frustasi atau kesulitan dalam menemukan solusi atas masalah yang diberikan, terutama jika mereka tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman yang cukup. Selain itu, siswa yang kurang terorganisir atau kurang terarah dapat mengalami kesulitan dalam memanfaatkan waktu dan sumber daya secara efektif.

        Secara keseluruhan, model pembelajaran discovery learning dapat menjadi pendekatan yang efektif dalam pembelajaran siswa, terutama jika digunakan dengan baik dan dikombinasikan dengan model pembelajaran lainnya. Penting bagi guru untuk memberikan arahan dan bimbingan yang tepat dan efektif kepada siswa, serta memberikan masalah atau tugas yang sesuai dengan tingkat keterampilan dan pengetahuan siswa. Dengan demikian, siswa dapat memperoleh manfaat maksimal dari model pembelajaran discovery learning dan dapat mengembangkan keterampilan dan pengetahuan yang berharga dalam proses belajar mereka.

Semoga Bermanfaat (MrD)

Daftar Pustaka

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. (Bab 5: Model Pembelajaran Discovery Learning)

Bruner, J. S. (1961). The act of discovery. Harvard Educational Review, 31(1), 21-32.

Chi, M. T. H. (2009). Active-constructive-interactive: A conceptual framework for differentiating learning activities. Topics in Cognitive Science, 1(1), 73-105.

Hmelo-Silver, C. E. (2004). Problem-based learning: What and how do students learn? Educational Psychology Review, 16(3), 235-266.

Kirschner, P. A., Sweller, J., & Clark, R. E. (2006). Why minimal guidance during instruction does not work: An analysis of the failure of constructivist, discovery, problem-based, experiential, and inquiry-based teaching. Educational Psychologist, 41(2), 75-86.

Mayer, R. E. (2004). Should there be a three-strikes rule against pure discovery learning? The case for guided methods of instruction. American Psychologist, 59(1), 14-19.

Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. (Bab 4: Pembelajaran Berbasis Masalah)

Santrock, J.W. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. (Bab 6: Discovery Learning)

Susanto, A. (2017). Pendidikan Abad 21: Membangun Karakter dan Kompetensi Siswa. Jakarta: PT Prestasi Pustaka. (Bab 5: Pembelajaran Berbasis Masalah)

Sutikno, S. (2013). Pembelajaran Inovatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. (Bab 2: Model Pembelajaran Discovery Learning) 

0 komentar:

Posting Komentar

LOKASI SMA Negeri 3 Sukadana

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA